I. Faktor-faktor Personal yang Mempengaruhi Perilaku Manusia

Secara garis besar ada dua factor personal yang mempengaruhi perilaku manusia, yaitu factor biologis dan factor sosiopsikologis.

  1. Faktor Biologis

Manusia adalah mahluk biologis yang tidak berbeda dengan hewan.

Misalnya, ia lapar kalau tidak makan selama 20 jam, kucing pun demikian. Manusia memerlukan lawan jenis untuk kegiatan reproduktifnya, sapi pun juga begitu. Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, dan bersatu dengan faktor sosiopsikologis.

Bahwa warisan biologis menusia menentukan perilakunya, dapat dilacak sampai struktur DNA yang menyimpan seluruh memori warisan biologis yang diterima dari kedua orang tuanya. Sedemikian besarnya pengaruh warisan biologis ini sampai muncul aliran baru, yang memandang segala kegiatan manusia, termasuk agama, kebudayaan, dan moral bersumber dari struktur biologinya. Aliran ini dinamakan sosiobiologi.

Menurut  Wilson, perilaku sosial manusia dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia.

Program ini disebut ”epigenetic rules”, yang mengatur perilaku manusia seperti kecenderungan menghindari ”incest”, kemampuan memahami ekspresi wajah, sampai kepada persaingan politik.

Meskipun pemikiran bahwa sosiobiologis sebagai determinisme biologis dalam kehidupan sosial, kenyataannya menunjukkan bahwa struktur biologis manusia seperti genetika, sistem syaraf, dan sistem hormonal, sangat mempengaruhi perilaku manusia. Struktur biologis manusia seperti genetika, system syaraf dan system hormonal sangat berpengaruh terhadap perilaku manusia.

Struktur genetis misalnya akan berpengaruh terhadap kecerdasan, kemampuan sensasi, dan emosi,.

Sistem syaraf mengatur pekerjaan otak dan pengolahan informasi dalam jiwa manusia. System hormonal bukan saja mempengaruhi mekanisme biologis, tetapi juga mempengaruhi proses psikologis.

Beberapa contoh perilaku manusia yang merupakan bawaan manusia, dan bukan pengaruh lingkungan atau situasi adalah sebagai berikut :

–          bercumbu

–          makan

–          merawat anak

–          beberapa perilaku agresif

–          kebutuhan makan dan minum

–          istirahat

–          kebutuhan seksual

–          kebutuhan memelihara kelangsungan hidup dengan menghindari sakit dan bahaya.

–          lapar

–          tidur

Perlu dipahami bahwa manusia bukan semata-mata mahluk biologis, sebab kalau begitu ia tidak berbeda dengan kambing atau monyet. Itulah sebabnya, diperlukan faktor kedua, yaitu :

  1. Faktor-faktor Sosio-psikologis

Karena manusia mahluk social, dari proses social ia memperoleh beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya.

Ada tiga komponen yang berkaitan dengan factor sosiopsikologis ini, yaitu :

  1. komponen kognitif
  2. komponen afektif
  3. komponen konatif

Komponen kognitif adalah aspek  intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui, dipikirkan, dipahami, dan diingat oleh manusia.

Komponen afektif  yang merupakan aspek emosional, dan berkaitan dengan factor sosiopsikologis seperti senang, marah, benci, setuju, dendam, kecewa, dsbnya.

Komponen konatif adalah aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.

Komponen Afektif

Yang termasuk komponen afektif adalah :

–          Motif Sosiogenis

–          Sikap

–          Emosi

Motif Sosiogenis

Motif ini sering juga disebut motif sekunder sebagai lawan motif primer (motif biologis).

Yang termasuk motif sosiogenis adalah sebagai berikut :

W.I. Thomas dan Florian Znaniecki :

1)      keinginan memperoleh pengalaman baru

2)      keinginan untuk mendapat respons

3)      keinginan akan pengakuan

4)      keinginan akan rasa aman

David McClelland

  1. kebutuhan berprestasi
  2. kebutuhan akan kasih sayang
  3. kebutuhan berkuasa

Abraham Maslow :

1. kebutuhan fisiologis

2. kebutuhan akan rasa aman

3  kebutuhan akan keterikatan dan cinta

4. kebutuhan akan penghargaan

5. kebutuhan untuk pemenuhan diri/aktualisasi diri

Melvin H. Marx :

  1. kebutuhan Organisme :

–          motif ingin tahu

–          motif kompetensi

–          motif prestasi

  1. Motif-motif sosial

–          motif kasih sayang

–          motif kekuasaan

–          motif kebebasan

Penjelasan motif-motif tersebut di atas adalah sebagai berikut :

1)      Motif ingin tahu

Setiap orang berusaha memahami dan memperoleh arti dari dunianya. Kita memerlukan kerangka rujukan untuk mengevaluasi situasi baru dan mengarahkan tindakan yang sesuai. Karena kecendrungan untuk memahami dan memberi arti pada apa yang dialami, bila informasi yang diperoleh bersifat terbatas, maka orang akan mencari jawaban sendiri. Orang akan menarik kesimpulan sendiri tanpa menunggu informasi itu lengkap terlebih dahulu. Misalnya bila hujan tiba-tiba turun dengan lebat siang ini, maka orang akan menafsirkannya karena tadi  pagi Pak Ali yang dermawan meninggal dunia.

2)      Motif kompetensi

Setiap orang ingin membuktikan bahwa ia mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.

Perasaan mampu ini sangat bergantung pada perkembangan intelektual, sosial, dan emosional. Motif kompetensi ini berhubungan erat dengan kebutuhan akan rasa aman, misalnya kita ingin memproleh jaminan masa depan, jaminan bahwa anak kita bisa sekolah dengan baik. Bila orang sudah memenuhi kebutuhan biologinya, yakin bahwa  masa depannya akan lebih baik, maka ia dianggap sudah memenuhi kebutuhannya akan kemampuan diri (kompetensi).

3)      Motif cinta

Perasaan dan kemampuan mencintai dan dicintai adalah hal yang esensial dari perkembangan kepribadian manusia. Setiap orang ingin diterima di dalam kelompoknya sebagai anggota secara sukarela. Berbagai penelitan membuktikan bahwa kebutuhan akan kasih sayang yang tidak terpenuhi akan menimbulkan perilaku manusia yang kurang baik; orang akan menjadi agresif; kesepian; pendiam, dan bahkan bisa bunuh diri. Konsep utamanya adalah keterasingan/alienasi. Jika seseorang merasa terasing dari lingkungan di mana dia berada, maka akan berakibat buruk pada kepribadian dan perilakunya.

4)      Motif harga diri dan kebutuhan akan identitas

Erat kaitannya dengan kebutuhan untuk memperlihatkan kemampuan dan memperoleh kasih sayang, ialah kebutuhan untuk menunjukkan eksistensi di dunia. Kita ingin kehadiran kita di manapun kita berada diperhitungkan oleh orang-orang di sekitar kita. Hilangnya identitas diri akan menimbulkan perilaku yang patologis seperti gelisah, impulsif, mudah terpengaruh, dan sebagainya.

Identitas diri  dari perspektif kepribadian dan sosial, adalah faktor yang membedakan seseorang dengan orang lain di tengah-tengah lingkungan sosialnya.

5)      Kebutuhan akan nilai dan makna hidup

Dalam kehidupannya, manusia memerlukan nilai-nilai yang berguna untuk menuntunnya dalam mengambil keputusan atau memberikan makna pada kehidupannya. Nilai adalah sesuatu hal yang berguna atau berharga bagi manusia sebagai subyek, dalam rangka mencapai tujuan dalam hidup dan kehidupannya. Nilai itu sangat luas dan bisa mengacu pada apa saja seperti perjuangan, kasih sayang, solidaritas, kesopanan, ekonomi, sahabat, dan sebagainya. Nilai buaknlah tujuan, tetapi nilai berhubungan dengan tujuan. Nilai menuntun manusia untuk mencapai tujuannya. Bila manusia tidak mempunyai nilai, atau bahkan kehilangan nilai, maka manusia tidak tahu tujuan hidupnya dan ia tidak mempunyai kepastian dalam bertindak.

6)      Kebutuhan akan pemenuhan diri

Manusia bukan saja ingin mempertahankan kehidupannya, akan tetapi ia juga butuh peningkatan kualitas kehidupan. Kebutuhan akan pemenuhan diri ini dilakukan melalui berbagai bentuk sebagai berikut :

a)      menggunakan dan mengembangkan segenap potensi kita dengan cara kreatif konstruktif, misalnya dengan seni, musik, lukis, dan lain-lain.

b)      memperkaya kualitas kehidupan dengan memperluas rentangan

dan kualitas pengalaman serta pemuasan, misalnya dengan piknik, jalan-jalan ke tempat wisata, atau berkunjung ke tempat-tempat yang bersejarah.

c)      Membentuk hubungan yang hangat dan berarti dengan orang-orang lain di sekitar kita, misalnya bersikap ramah dan toleran pada orang lain.

d)     Berusaha ”memanusiakan” diri, dalam arti menjadi pribadi/person yang didambakan orang dan berarti abgi orang lain, atau mampu membahagiakan orang lain.

Sikap

Sikap adalah konsep yang paling penting dalam psikologi social dan yang paling banyak didefinsikan.

Ada yang menganggap sikap hanyalah sejenis motif sosiogenis yang diperoleh melalui proses belajar. Ada pula yang melihat sikap sebagai kesiapan syaraf sebelum memberikan respon.

Beberapa kesimpulan tentang sikap adalah :

  1. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai.

Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap.

Objek sikap bisa berupa benda, orang, tempat, gagasan, atau situasi, atau kelompok.

Sikap haruslah diikuti oleh kata “terhadap”, atau “pada” objek sikap.

  1. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi.

Sikap bukan merupakan rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu.

  1. Sikap relatif lebih menetap/persistence
  2. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan.
  3. Sikap timbul dari pengalaman, artinya tidak dibawa dari lahir, dan  merupakan hasil belajar, oleh karena itu sikap bisa berubah atau diperteguh.

Emosi

Emosi menunjukkan kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala gejala kesadaran, perilaku, dan proses fisiologis.

Misalnya, bila orang yang kita cintai mencemooh kita, kita akan bereaksi secara emosional, kemudian jantung akan berdetak cepat dan napas terengah-engah, kemudian kita akan balas mencemooh atau bahkan memukulnya.

Emosi tidak selalu jelek. Emosi merupakan bumbu dalam kehidupan; tanpa emosi hidup manusia kering dan gersang.

Ada 4 fungsi emosi sebagai berikut :

1)      Emosi adalah pembangkit energi/energizer.

Tanpa emosi kita tidak sadar atau mati. Hidup berarti merasakan, mengalami, bereaksi, dan bertindak. Emosi membangkitkan dan memobilisasi energi kita; misalnya marah menggerakkan kita untuk menyerang, takut menggerakkan kita untuk lari, cinta menggerakkan kita untuk berdekatan dan bermesraan, dan sebagainya.

2)      Emosi adalah pembawa informasi/messenger

Bagaimana keadaan diri kita dapat kita ketahui dari emosi kita. Jika kita marah, kita mengetahui bahwa kita diserang oleh orang lain; sedih berarti kita kehilangan sesuatu atau seseorang, jika kita bahagia berarti kita memperoleh sesuatu yang kita senangi, dan sebagainya.

3)      Emosi bukan saja pembawa informasi dalam komunikasi intrapersonal, akan tetapi juga pembawa pesan dalam komunikasi interpersonal. Berbagai penelitian membuktikan bahwa ungkapan emosi dapat dipahami secara universal.

Dalam retorika diketahui bahwa pembicara yang menyertakan seluruh emosinya dalam pidato dipandang lebih hidup dan menarik, dan dinamis serta lebih meyakinkan. Pembicara yang menyampaikan materi pidatonya dengan luapan penuh emosi dan diperkuat dengan komunikasi nonverbal lebih menarik untuk diperhatikan oleh khalayak daripada pembicara yang statis dan ‘datar-datar” saja.

4)      Emosi merupakan sumber informasi mengenai keberhasilan kita.

Jika mendambakan kesehatan, maka kita mengetahuinya ketika kita merasa sehat wal afiat. Jika kita menginginkan keindahan, maka kita memperolehnya ketika kita merasakan kenikmatan estetika dan merasakan adanya ”rasa halus” dalam jiwa dan hati kita.

Dari sisi lamanya, ada emosi yang berlangsung singkat dan ada yang berlangsung lama. Mood adalah emosi yang menetap selama berjama-jam atau beberapa hari. Mood mempengaruhi persepsi atau penafsiran kita pada stimuli yang merangsang alat indera kita. Bila mood atau suasana emosional ini menjadi kronis dan menjadi bagian dari struktur kepribadian orang, kita menyebutnya temperamen, misalnya pemarah, penyedih, dan ceria.

Komponen Kognitif

Yang termasuk komponen kognitif adalah :

1)      Pengetahuan

2)      Kepercayaan

Ad.1)  Pengetahuan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan panca indra kita. Ketika mata kita melihat sesuatu, hidung kita mencium bau sesuatu, telinga kita mendengar sesuatu, pucuk-pucuk jari kita merasakan sesuatu, atau lidah kita mengecap rasa, berarti kita telah ”mengetahui” sesuatu.

Ad. 2) Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosiopsikologis. Kepercayaan adalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar, atau salah, atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman,atau intuisi.

Sesungguhnya isi dari pengetahuan adalah juga kepercayaan, hanya bobot dari kepercayaan itu lebih kuat dan mendalam dari hanya sekedar pengetahuan.

Komponen Konatif

Yang termasuk komponen konatif adalah :

1)   Kebiasaan

2)      Kemauan

Jadi jika dikatakan bahwa konatif sebagai bagian dari sikap, maksudnya adalah adanya  kecenderungan seseorang untuk bertindak. Artinya lagi, bahwa ia  mempunyai kemauan untuk melakukan sesuatu/berperilaku tertentu.

II. Faktor-faktor Situasional yang mempengaruhi Perilaku Manusia

1)      Faktor Ekologis

2)      Faktor Rancangan dan Arsitektural

3)      Faktor Temporal

4)      Suasana perilaku

5)      Teknologi

6)      Faktor-faktor social

Lingkungan Psikososial

Sumber : Modul IV Psikologi Komunikasi Drs. Riswandi, M.Si.